Senin, 16 Desember 2019

Pelajaran Terbaik di 2019

Bener kata orang yang bilang kalau "time flies so fast, people changed." Gue amat sangat merasakan hal itu. Terlalu banyak kejadian di luar nalar dan ekspetasi pada tahun ini.
Tahun yang amat sangat menampar gue dan memaksa gue untuk ikhlas. Ikhlas ketika gue harus kehilangan orang yang gue kira akan menjadi yang "terbaik" harus ninggalin dengan alasan konyol dan kebrengsekan dia . HAHAHAHA

Apa yang gue rasa kala itu? Hancur, udah pasti. Gue ngerasa jadi orang paling bodoh yang bisa-bisanya dibohongin, nerima semua kamuflase dan permainan dia yang jelas nggak pernah serius sama gue.
Gue ngutuk diri gue kenapa sih tolol banget buat manusia yang buset nggak ada apa-apanya dibanding orang di luar sana kalo boleh gue bandingin x))
Gue nyesel, nolak beberapa orang yang udah jelas masa depannya, sampe nolak mantan yang pernah gue sayang banget ngajak balikan demi seonggok manusia kek gitu doang wkwkwk. Asli, nyesel bangettttt! Gila, gue cuma bisa melongo malem-malem. Mikir kenapa diri sendiri se-batu itu pernah ada rasa dan mengorbankan waktu gue buat dia. Anyway, laki-laki itu ada di konten yang "Cerita bersama Bobi" cuma gue males lanjutinnya. Banyakan sedihnya daripada senengnya, memang biadab Bobi x))). (nama samaran)


Sebulan setelah dia ningalin gue, gue langsung healing ke Semarang dengan berusaha melupakan this shit happened. Selama itu, gue selalu suggest sama diri sendiri buat "ikhlas".
Dan bener, time will heal. Gue sembuh dengan sendirinya.
Kenapa secepat itu? Gue nggak paham, entah Allah yang amat sangat baik sama gue atau gue yang bener-bener pake logika untuk hal yang terjadi ke sekian kalinya dalam hidup ini, hahaha.

Dan, cerita baru dimulai dari sini. 

Perjalanan gue ke Semarang, membawa gue pada cerita yang gue nggak ngerti kadang maunya Allah itu apa. Gue ketemu dan dikenalin sama seorang laki-laki oleh tante gue, laki-laki ini pernah gue temuin setahun lalu tapi gue nggak ngeh dan nggak ngobrol sama sekali.

Pas dikenalin ini, gue banyak ngobrol sama dia, bertukar cerita, sampe gue mikir dan sadar "kenapa sih Allah baik banget". 
Dari situ, kita menjalin sebuah komunikasi intens yang berlanjut pada cerita baru yang bisa bikin gue lupa kalo "sebelumnya gue sakit hati banget woe anjer" hahahaha
Semenjak ketemu dia, gue semakin sadar bahwa "Takkan mungkin Allah hilangkan sesuatu tanpa mengganti dengan yang lebih baik."
Gue merasa sangat amazing banget sama yang udah Allah kasih..
Sama dia, gue diajak jalan keliling Jogja, bareng keluarga gue dan dia juga.  Dan kita ngobrol di Tempo Gelato, cerita banyak hal.
Sepanjang jalan, nyanyi bareng bahkan dia bisa tau lagu kesukaan gue, ketawa-tawa, bercanda, nggak ngerti lagi gue bahagia bener disitu rasaan x))
That's why gue amat cinta sama Jogja, sampai detik ini, bahkan sampe gue nggak pernah mau pulang ke Bogor. Ditambah keluarganya baik banget sama gue....
HAHAHAHA.

Oh iya, gue juga sempet denger bahwa laki-laki yang brengsek itu udah punya yang baru dan katanya suka upload di socmed. Ya i don't care sih, gue cuma ketawa aja denger orang yang ngasih tau gitu dan doain yang baik-baik aja.
Padahal dulu pas dia ninggalin gue, doa gue doa jahat banget.
Gue sampe minta ke Allah dia kalo meninggal susah sebelum minta maaf sama orang yang pernah dia sakitin WKWKWK.
Tapi gue undo kok. Biarin aja, bair Allah yang bales.

Dan gue sempet ketemu dia di nikahan temen gue, gue sama doi, dia pun sama.
Ya. well gue nggak yang gimana-gimana. Gue cuma berdoa yang terbaik aja buat mereka.
Bahagia dan jalan ngeraihnya itu kan pilihan masing-masing. Kalau itu yang bikin dia bahagia? Ya, go ahead. Belum tentu kalau gue nggak ikhlas ketemu Mas yang ini yekan :D 

Dan gue nggak pernah kontekan sama si laki-laki brengski  lagi, karena semenjak perpisahan paling bangsat itu, gue block semua akses komunikasi sama dia, paling cuma twitter yang gue follback itu pun setelah sekian lama dia follow dan lantas gue mute.
Kenapa cuma twitter? Ya males aja kalo ngerembet ke socmed lain, tar suuzon lagi dia ngira gue yang gimana-gimana. HAHAHAHA NAMANYA JUGA GEMINI.

Nggak sampe situ, 2019 banyak banget hal baik yang dateng setelah gue sempet sedih di bulan Maret itu. Gue dikelilingi temen-temen yang baik, sahabat yang selalu ada, doi yang luar biasa sabar, orang tua yang selalu support dengan doa baik-baiknya, sama usaha dan rezeki gue yang Alhamdulillah lancar banget sampe kadang malu sendiri gue sama Allah. Gue banyak dosa, tapi kenapa berkah sama rezekinya dikasih sebanyak ini.
Alhamdulillah, Allahuakbar....

Anyway, 2019 beneran tahun yang penuh kejutan. Hal yang dulu gue sedihin sekarang gue ketawain paling kenceng.
Gue nggak mungkin dikasih ganti sebaik ini kalau gue nggak ikhlas, nggak mungkin Allah kasih gue rejeki kalau gue nggak usaha, dan nggak mungkin Allah kasih kemudahan kalau gue nggak berdoa.

Dia, adalah pelajaran terbaik yang berhasil mengantarkan gue buat ketemu sama orang yang jauuuuh lebih baik saat ini.
Gue cuma berdoa, gue bisa bahagia dengan jalan yang udah Allah kasih, apapun caranya.
Karena gue percaya, rencana Allah itu amat sangat jauh lebih baik daripada gue.
Dan terima kasih untuk 2019! Terima kasih juga untuk diri sendiri, sudah kuat hingga detik ini.

Kamis, 17 Januari 2019

LURUH


Apa artinya ketika jiwa lagi tak lagi bersama? Seakan semua canda tawa yang dulu ada terhapus begitu saja. Kita bagai bom waktu, kala itu. Ego masih merasuk pada masing-masing jiwa, hingga tinggal menunggu siapa yang kalah paling pertama.
Entah itu aku, atau kamu?

Kamu pernah berkata, bukankah memperbaiki lebih baik daripada mencari? Tapi apalah daya, masing-masing dari kita tak bisa menetap pada kata “iya”. Kamu punya porsi tersendiri untuk egomu, begitu pun dengan aku.



Hingga saatnya, bom waktu itu meledak pada waktunya. Semua mimpi yang telah kita bagi hanyalah sia-sia. Kita tak lagi bisa satu tujuan. Kamu memilih berbalik arah, jarak membuat kita berubah.

Kita telah berbeda. Jika dulu, kamu adalah alasan bahagiaku tiap harinya, mungkin kini tak lagi sama. Kamu bisa temukan bahagiamu, begitu pun aku.

Untuk kita, dua jiwa yang sama-sama patah..
Aku harap semua cerita akan jadi pelajaran yang membuat kita dewasa. Segala hal yang telah terjadi, berisikan canda tawa dan suka duka, akan menjadi kenang yang tak biasa.
Dan bagaimanapun juga, kita adalah bahagia yang nyaris sempurna.

Selasa, 01 Januari 2019

BERAKHIR

Kita sepakat, setelah mengucap iya, apa-apa yang ada diantara kita jadi urusan kita. Semua lancar-lancar saja, kita masih lebih mementingkan 'kita' dibandingkan diri dan rasa.
Sampai... Yang tak di harap tiba. Ada beberapa hal yang pada akhirnya jadi tanda, jika sebaik-baiknya “kita” tetap saja masih ada hal yang bisa mencorengnya. Ego mulai merasuki, entah hanya di aku, entah hanya di kamu, atau malah diri kita berdua yang kemudian kalah oleh ego?
Ada beberapa kenyataan pahit, yang mesti aku terima. Apalagi menyadari kamu yang sudah lagi tak sama

Aku rasa nyaman kita sudah enyah entah kemana.
Karena sikapku? Aku minta maaf. Tapi, sebelum menjadikan aku sebagai yang salah dan meminta aku terduduk di pojokan kamar, ada baiknya kamu juga kembali berteman dengan nalar, apakah pernah kamu berbuat salah ?
Mungkin kita hanya lupa, jika kita adalah pribadi yang tak sempurna. Jika boleh aku meminta, aku ingin tiap masalah mesti jadi selesai, dengan persetujuan dua belah pihak. Agar menjadikannya kesepakatan dan tak ada kerancuan. Sayang, kamu keburu berubah haluan, mungkin rasa nyaman sudah terhapuskan, entah karena sikapku atau entah ada orang baru, yang menggantikan posisi aku, hanya kamu yang tahu. Atas apa-apa yang terjadi, kiranya kita harus memahami, (mungkin) aku belum baik bagimu, pun sebaliknya.
Untuk yang telah terlewati, nyatanya aku kalah oleh keadaan. Sebaik-baiknya bahagia, adalah bahagia diri sendiri terlebih dahulu, sebelum kebahagiaan pribadi yang lainnya. Bukan, bukan aku tak bahagia. Aku bahagia, kamu datang dengan porsinya sendiri. Sepertinya, semuanya memang harus di cukupkan. Terima kasih, telah mau berjuang bersama sebelum akhirnya kita kalah jua.
Terima kasih pernah ada untuk sembuhkan luka, membawaku bahagia walau akhirnya kita tak lagi seirama

Kembalilah ke dunia kita masing-masing
Percayalah bahwa bahagia itu tak selalu dalam dua jiwa yang saling berdamping
Selamat tahun baru, aku ucapkan. Semoga kamu tak senantiasa seperti kembang api. Melangit, terang, redup, kemudian hilang.



Terima kasih banyak, atas waktu, atas apapun yang berbentuk kamu. Aku pamit, undur diri. Kita cukupkan sampai sini saja.
Terimakasih pernah selalu ada dan pernah mengisi hari dengan warna🌟
Terimakasih, sudah menjadi bahagia yang nyaris sempurna..